Seperti yang kita ketahui sebelumnya, bahwa sudah banyak korban jiwa yang ditimbulkan oleh wabah penyakit Virus Corona ini. Oleh karena itu, mari kita simak penjelasan berikut.
Nama lain Surah al-Fatihah di antaranya adalah arruqyah (jampi-jampi) dan asysyifa (penawar/pengobat). Pertanyaan saya, penyakit apakah yang dapat disembuhkannya dan mungkinkah penyakit fisik disembuhkan juga dengan al-Fatihah?
Ronaham S - Sumut
Waalaikumussalam wr wb
Di dalam ash-Shahih dari hadis Abul-Mutawakkil an-Najy, dari Abu Sa'id al-Khudry, dikisahkan bahwa ada beberapa orang sahabat Nabi Muhammad SAW yang melintasi sebuah perkampungan Arab. Para penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka sebagai tamu, apalagi menjamu. Pada saat yang sama pemimpin mereka disengat hewan berbisa.
Lalu, penduduk kampung mendatangi mereka dan bertanya, "Adakah kalian mempunyai mantera atau adakah di antara kalian yang bisa menyembuhkan dengan mantera?'' Para sahabat menjawab, "Ya ada. Tapi, karena kalian tidak mau menjamu kami, maka kami tidak mau mengobati kecuali jika kalian memberikan imbalan kepada kami."
Penduduk kampung itu sepakat memberikan beberapa ekor kambing. Setiap di antara para sahabat itu kemudian membacakan al-Fatihah. Seketika itu pula pemimpin kampung tersebut bangkit, seakan-akan sebelumnya dia tidak pernah sakit. Kami berkata, "Janganlah kalian terburu-buru menerima imbalan ini sebelum kita menemui Nabi."
Setelah bertemu beliau, mereka menceritakan kejadian ini. Beliau bersabda, "Apa pendapat kalian kalau memang al-Fatihah itu benar-benar merupakan ruqyah? Terimalah imbalan itu dan sisihkan bagianku." Hadis ini menunjukkan, al-Fatihah sebagai ruqyah dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti akibat sengat hewan berbisa.
Namun, hal terpenting yang dapat disembuhkan oleh al-Fatihah adalah penyakit paling berbahaya pada manusia, yaitu sesat/dhalal dari kebenaran akibat rusaknya ilmu dan penyakit ingkar pada kebenaran akibat rusaknya tujuan. Dalam al-Fatihah dijelaskan, ada tiga jalan hidup manusia, pertama adalah jalan yang lurus. Mereka adalah orang yang memahami kebenaran dan konsisten hidup di atas jalan kebenaran.
Kedua, jalan yang dimurkai Allah SWT. Mereka yang ada di jalan ini adalah orang yang mengerti kebenaran, tetapi memiliki tujuan sesat. Ketiga, jalan orang sesat, yang disusuri oleh orang yang kacau ilmunya sejak awal sehingga tidak mengetahui hakikat kebenaran. Dari ketiga jalan itu, dengan al-Fatihah, Allah akan menyembuhkan dan menyelamatkan manusia yang mengimaninya.
Sehingga, mereka mampu meniti dan konsisten di atas jalan yang lurus. Iyyaka na'bud wa iyyaka nasta'in (hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan) dapat menyembuhkan sesorang dari penyakit berbahaya lainnya. Penyakit riya (pamer) disembuhkan dengan Iyyaka na'bud dan ujub (bangga diri) serta sombong disembuhkan dengan wa iyyaka nasta'in. Wallahu a'lam bish shawab.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
"Allaahumma innii a'uudzu bika minal barashi wal junuuni wal judzaami wa sayyi il asqoom"
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا، وَعَافِيَةِ الْاَبْدَانِ وَشِفَائِهَا، وَنُوْرِ الْاَبْصَارِ وَضِيَائِهَا، وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم
"Allahumma sholli 'alaa Sayyidinaa Muhammadin thibbil qulubi wa dawa ihaa wa'aafiyatil abdaani wa shifaa ihaa wa nuuril abshoori wa dhiyaa ihaa wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallim."
Nama lain Surah al-Fatihah di antaranya adalah arruqyah (jampi-jampi) dan asysyifa (penawar/pengobat). Pertanyaan saya, penyakit apakah yang dapat disembuhkannya dan mungkinkah penyakit fisik disembuhkan juga dengan al-Fatihah?
Ronaham S - Sumut
Waalaikumussalam wr wb
Di dalam ash-Shahih dari hadis Abul-Mutawakkil an-Najy, dari Abu Sa'id al-Khudry, dikisahkan bahwa ada beberapa orang sahabat Nabi Muhammad SAW yang melintasi sebuah perkampungan Arab. Para penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka sebagai tamu, apalagi menjamu. Pada saat yang sama pemimpin mereka disengat hewan berbisa.
Lalu, penduduk kampung mendatangi mereka dan bertanya, "Adakah kalian mempunyai mantera atau adakah di antara kalian yang bisa menyembuhkan dengan mantera?'' Para sahabat menjawab, "Ya ada. Tapi, karena kalian tidak mau menjamu kami, maka kami tidak mau mengobati kecuali jika kalian memberikan imbalan kepada kami."
Penduduk kampung itu sepakat memberikan beberapa ekor kambing. Setiap di antara para sahabat itu kemudian membacakan al-Fatihah. Seketika itu pula pemimpin kampung tersebut bangkit, seakan-akan sebelumnya dia tidak pernah sakit. Kami berkata, "Janganlah kalian terburu-buru menerima imbalan ini sebelum kita menemui Nabi."
Setelah bertemu beliau, mereka menceritakan kejadian ini. Beliau bersabda, "Apa pendapat kalian kalau memang al-Fatihah itu benar-benar merupakan ruqyah? Terimalah imbalan itu dan sisihkan bagianku." Hadis ini menunjukkan, al-Fatihah sebagai ruqyah dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti akibat sengat hewan berbisa.
Namun, hal terpenting yang dapat disembuhkan oleh al-Fatihah adalah penyakit paling berbahaya pada manusia, yaitu sesat/dhalal dari kebenaran akibat rusaknya ilmu dan penyakit ingkar pada kebenaran akibat rusaknya tujuan. Dalam al-Fatihah dijelaskan, ada tiga jalan hidup manusia, pertama adalah jalan yang lurus. Mereka adalah orang yang memahami kebenaran dan konsisten hidup di atas jalan kebenaran.
Kedua, jalan yang dimurkai Allah SWT. Mereka yang ada di jalan ini adalah orang yang mengerti kebenaran, tetapi memiliki tujuan sesat. Ketiga, jalan orang sesat, yang disusuri oleh orang yang kacau ilmunya sejak awal sehingga tidak mengetahui hakikat kebenaran. Dari ketiga jalan itu, dengan al-Fatihah, Allah akan menyembuhkan dan menyelamatkan manusia yang mengimaninya.
Sehingga, mereka mampu meniti dan konsisten di atas jalan yang lurus. Iyyaka na'bud wa iyyaka nasta'in (hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan) dapat menyembuhkan sesorang dari penyakit berbahaya lainnya. Penyakit riya (pamer) disembuhkan dengan Iyyaka na'bud dan ujub (bangga diri) serta sombong disembuhkan dengan wa iyyaka nasta'in. Wallahu a'lam bish shawab.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/m5rjxd
Dan adapun referensi dari sumber yang lain, yang akan saya cantumkan, agar kalian semua bisa lebih paham akan manfaat dari surat Al-Fatihah ini https://wiridamalandoa.blogspot.com/2019/02/11-khasiat-surat-al-fatihah-untuk-rejeki-mengobati-penyakit.html?m=1
Adapun doa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW agar terhindar dari penyakit berbahaya terdapat dalam hadist sahih Abu Daud. Bacaan doa tersebut ialah
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ ، وَالجُنُونِ ، والجُذَامِ ، وَسَيِّيءِ الأسْقَامِ
"Allaahumma innii a'uudzu bika minal barashi wal junuuni wal judzaami wa sayyi il asqoom"
Artinya: "Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, gila, lepra dan keburukan segala macam penyakit." H.R Abu Dawud: 1554.
Sholawat Tibbil Qulub, juga merupakan amalan yang diyakini sebagai doa agar diberi kesehatan dan dijauhkan dari penyakit hati.
Berikut doa Sholawat Tibbil Qulub
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ طِبِّ الْقُلُوْبِ وَدَوَائِهَا، وَعَافِيَةِ الْاَبْدَانِ وَشِفَائِهَا، وَنُوْرِ الْاَبْصَارِ وَضِيَائِهَا، وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم
"Allahumma sholli 'alaa Sayyidinaa Muhammadin thibbil qulubi wa dawa ihaa wa'aafiyatil abdaani wa shifaa ihaa wa nuuril abshoori wa dhiyaa ihaa wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallim."
Artinya: "Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, sebagai obat hati dan penyembuhnya, penyehat badan dan kesembuhannya, sebagai penyinar penglihatan mata beserta cahayanya. Dan semoga rahmat tercurah limpahkan kepada para sahabat beserta keluarganya."
Itulah doa agar terhindari dari penyakit menulartermasuk virus corona. Hanya kepada Sang Pencipta kita memohon perlindungan. Sehat selalu untuk seluruh keluarga Indonesia.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/www.popmama.com/amp/life/health/adeline-kinanti/doa-terhindar-penyakit-menular
Kebijakan yang harus diterapkan dalam berbicara, cegah stigma corona
“Jangan ke rumah Pak A dulu deh. Anaknya kan kerja di RS yang nanganinvirus corona, ntar kita ketularan gimana?”
“Ibunya B meninggal mendadak lho, katanya sih pneumonia. Mending nggak usah layat ya, takutnya positif corona tapi nggak ketahuan..”
Komentar di atas bisa jadi sudah berseliweran di dunia nyata, seiring dengan semakin banyaknya jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) dan pasien yang positif terinfeksi virus corona atau COVID-19. Masyarakat semakin paranoid, apalagi pemerintah menyarankan untuk social distancing(menghindari interaksi sosial) untuk sementara. Padahal, komentar seperti contoh di atas sudah termasuk memberikan stigma sosial.
Apa Itu Stigma Sosial?
Stigma sosial dalam konteks kesehatan berarti memberikan hubungan antara etnis seseorang atau status kesehatan seseorang dengan penyakit tertentu.
Pada awal merebaknya kasus di Wuhan, etnis Cina di sejumlah negara mengalami diskriminasi seperti dijauhi, tidak dapat mengakses layanan fasilitas tertentu, atau diberi label negatif. Di Indonesia, pasien yang pertama dinyatakan positif terinfeksi juga diberitakan dan diberi komentar tanpa mengindahkan perasaan oleh warganet hingga sempat mengalami depresi. Bisa dibayangkan, jika ini terjadi pada orang terdekat Anda, atau bahkan Anda sendiri, tentu rasanya sangat tidak menyenangkan.
Mengapa Stigma Sosial Bisa Muncul?
Masyarakat cukup kaget dengan kecepatan penyebaran COVID-19 hingga terkadang tidak dapat sepenuhnya bersikap logis. Karena merupakan jenis virus baru, masih banyak faktor yang belum diketahui secara pasti tentang virus ini. Dan, sesuatu yang masih misterius memang menyebabkan ketakutan. Ketakutan terinfeksi membuat orang mengaitkan virus ini dengan sumber infeksi yang telah diketahui secara luas, seperti orang yang telah positif COVID-19.
Apa Dampaknya?
Stigma sosial dari masyarakat pada mereka yang dianggap berhubungan dengan virus corona dapat berakibat negatif pada pencegahan menyebarnya COVID-19, yaitu:
1. Membuat mereka menyembunyikan keluhan, gejala, maupun status kesehatannya untuk menghindari diskriminasi.
2. Menjadi takut untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
3. Merasa patah semangat untuk tetap mengikuti anjuran hidup sehat.
Orang yang terinfeksi COVID-19 namun tidak mengisolasi diri –terlepas dari sadar atau tidaknya orang tersebut- akan membuat penyebaran virus ini makin tak terkendali. Stigma dan ketakutan pun mudah menular dan menghambat masyarakat mendapat respons yang tepat. Karena itu, hindari membuat pernyataan atau memberikan stigma pada orang tertentu.
Jika ternyata orang di lingkungan keluarga, tempat tinggal, maupun pekerjaan Anda dinyatakan terinfeksi virus corona atau berstatus PDP, bagaimana sebaiknya bersikap?
Mempertimbangkan dengan matang apa yang akan disampaikan pada mereka, menggunakan pilihan bahasa yang tepat, serta menumbuhkan empati menjadi kuncinya. Berikut adalah sejumlah panduan berkomunikasi yang tepat untuk menghindari terbentuknya stigma sosial yang disarankan oleh JohnsHopkins Center for Communication Programs:
1. Hindari mengaitkan daerah tertentu dengan virus corona.
2. Hindari menggunakan istilah “korban corona”, “dicurigai terkena corona”, “suspect corona”. Gunakan bahasa yang lebih halus, seperti:
- orang yang mungkin/diduga memiliki COVID-19,
- orang yang dirawat karena COVID-19,
- orang yang baru pulih dari COVID-19, atau
- orang yang meninggal setelah tertular COVID-19.
3. Hindari menggunakan istilah “menulari”, “menyebarkan”, “mentransmisikan” karena menyiratkan penularan dilakukan secara sengaja.
Tidak hanya pilihan bahasa yang tepat, menghindari munculnya stigma sosial juga dapat dilakukan dengan cara:
1. Tidak meneruskan berita seputar COVID-19 tanpa mengecek/mengonfirmasi kebenarannya terlebih dahulu. Selain melanggengkan stigma, hal ini juga dapat menimbulkan kepanikan (atau malah sikap abai) di masyarakat.
2. Sebaliknya, sebarkan berita atau informasi yang terbukti kebenarannya (fakta) kepada masyarakat untuk mendorong pencegahan penyebaran COVID-19.
Intinya, posisikan diri Anda sebagai pasien atau keluarga pasien. Banyaknya berita tragedi dan kriminal mungkin membuat hati menjadi mati. Maka, hidupkan kembali dengan empati.
Sumber : https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/skata/bijak-berkata-cegah-stigma-corona-1t3odFnGTK6
Sumber lain yang dapat saya rekomendasikan untuk kalian yang masih bingung seputar apa itu virus corona, pencegahannya, dan bagaimana virus ini bisa menjadi sangat bahaya, dapat di cek di link di bawah ini :
https://rhimdeswari.blogspot.com/2020/03/penyakit-covid-19.html
👍, htr nhn
BalasHapusSemoga bermanfaat 🙏
Hapus